Follow Us @soratemplates

Half Purple and Blue Butterfly

Thursday, July 2, 2020

Dilema Antara Memutuskan Menikah atau Membahagiakan Keluarga Terlebih Dahulu

   

 Banyak dari kita terutama para kaum wanita yang sering bimbang dan galau jika ditanya "kapan nikah...?" di saat usia kita sudah matang. Terlebih kondisi lingkungan kita di mana sekeliling kita sudah berkeluarga pada usia yang sama atau bahkan lebih muda dari kita. Semua itu hal yang wajar tapi jangan terlalu diambil pusing ya, karna sebuah pepatah bilang jika "everyone have their owntime".👍 Setiap orang punya waktu sendiri-sendiri kok guys, ada yang usia 20 tahun sudah menikah dan memiliki anak, ada yang usia 25 baru menikah tapi belum punya anak, ada yang usia 30 tahun baru menikah dan akhirnya mereka juga sama sama pada akhirnya merasakan sebuah pernikahan. Ceritanya sama, hanya saja waktunya yang berbeda. 
     Yang usia 20 tahun menikah juga konsekuensinya adalah mereka harus siap dengan kondisi yang sering kurang baik karena belum siapnya secara finansial maupun emosional. Yang usia 30 tahun baru menikahpun juga belum tentu terlalu tua, karena bisa saja mereka sedang menyibukkan diri untuk benar-benar mempersiapkan pernikahan, sehingga konsekuensi buruk akibat nikah muda yang aku sebutkan tadi bisa dihindari. So, Jangan kawatir untuk yang belum menikah padahal usia sudah mencukupi, jodohmu ga akan ketuker, karna Tuhan sudah menyiapkannya buat kamu. Hanya saja tetap berikhtiar yaa, jangan diem diem bae, mana ada yang datang kalo kamu selalu menutup diri.
    Next, kembali pada judulnya ya yang sering dilema karena masih harus menjadi tulang punggung keluarga sedangkan kalian juga sudah waktunya untuk menikah. Ini terjadi pada banyak teman-teman di sekitarku baik itu laki-laki maupun perempuan. Biasanya ini terjadi pada anak anak sulung yang memiliki tugas untuk meneruskan tugas orang tua yaitu membahagiakan adik-adiknya. Padahal di sini konsep membahagiakan itu sendiri banyak yang menyalah artikan. Apakah membahagiakan itu harus memberikan materi yang cukup, atau memenuhi semua kebutuhan mereka baik secara materiil maupun moril. Di sini aku akan bahas dulu arti membahagiakan itu seperti apa. 

Bagaimana aku bisa membahagiakan keluarga ?
    Ketika aku dulu memutuskan untuk menikah adalah karena aku sudah dilamar. Siapa yang berani menolak ketika kita dilamar oleh seorang yang itu artinya ada orang yang benar-benar serius sama kita (ini khusus cewek ya). Sedangkan banyak di sana laki-laki yang hanya berani mengajak kita berpacaran tapi takut berkomitmen. Saat itu akupun bertanya kepada kedua orangtuaku tentang hal ini di mana aku galau belum bisa memberikan apapun kepada mereka sedangkan aku sudah dilamar sama orang. Apa iya aku bisa tenang menikah? dan jawaban orangtua ku adalah.. Bagi mereka membahagiakan bukan berarti memberikan mereka materi. Tapi aku bisa membina rumah tangga yang utuh, baik, dan harmonis itupun membuat mereka bahagia dan tenang. Karena mereka sudah merasa berhasil mendidik kita dan telah menyelesaikan tugas utama sebagai orangtua. 
     Seorang ayah terutama akan sangat mengharapkan anak perempuannya bisa menikah dengan laki-laki yang bertanggung jawab dan bisa menggantikan tugas utamanya kepada anak perempuannya yang diambil alih oleh suami dan sungguh membahagiakan bagi mereka adalah ketika kita bisa menemukan seorang suami yang baik dan bisa bertanggung jawab. Terlebih suami yang tidak membuat kita jauh dengan keluarga kita.😍
     Ini juga berlaku untuk laki-laki ya, proses membahagiakan kalian adalah dengan mampu memilih wanita yang baik yang bisa kalian jadikan istri. Terutama yang juga mencintai keluarga kamu. Aku yakin jika orangtua kalian adalah orangtua yang bijak, hal ini adalah hal paling membahagiakan bagi mereka. Apalagi kalian bisa menghadiahkan mereka cucu cucu yang lucu. 😍

Jika aku adalah tulang punggung keluarga, bagaimana jika aku menikah ?
    Tulang punggung keluarga sebenarnya bukan tugas salah satu keluarga, melainkan tugas seluruh keluarga. Dalam sebuah keluarga dibutuhkan saling kerja sama satu sama lain. Baik dari orangtua, kakak, adik atau siapapun yang masih dalam lingkup yang sama. Ketika kita dihadapkan pada pilihan bimbang menikah karena keluarga kita masih membutuhkan bantuan kita dalam kehidupan sehari-hari, maka jawabannya adalah tugas itu merupakan tugas bersama, bukan tugas pribadimu.
    Adik, kakak, mereka memiliki kepentingan masing-masing yang harus dipenuhi dan menurutku mereka juga wajib bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Tidak ada batasan usia di sini, hanya karena masih usia sekolah itu artinya mereka sepenuhnhya menggantungkan diri sama kamu. Hanya karena mereka belum bekerja dan tidak berpenghasilan mereka menggantungkan diri hanya dari penghasilan kamu. Bukannya kamupun juga tumbuh mandiri dan berhasil bertanggung jawab atas dirimu sendiri sampai detik ini?
    Ajari mereka untuk bertanggung jawab dan mandiri. Bukan soal karena kita egois, tapi juga karena cara kita mendidik dan memberikan kasih sayang tidak hanya dengan memberikan mereka materi tapi juga moril dengan mengajarkan mereka tentang itu semua. Coba fikirkan bahwa mereka nantinya juga harus mandiri dengan keluarga mereka masing-masing? Bukankah nantinya kalian akan menjalanai kehidupan masing-masing. Lets to be firmly, bersikaplah tegas bukan karena kamu jahat tapi untuk memberikan mereka pembelajaran.

Apakah aku harus menikah segera ?
    Di sini aku tidak akan menjawab Iya. Tapi, semua tergantung dari diri kamu. Ketika kamu memang sudah siap dan sudah ada calonnya ya silahkan karena menikah itu hal dan niat yang baik, jangan menunda-nunda. Tapi, saran dari aku adalah kenali benar-benar calon suami/istri kamu ya. Seharusnya calon kamu adalah orang yang mencintai kamu dan keluargamu, sehingga mereka juga akan mengerti keadaan kamu ketika nantinya kamu masih sering direpotkan dengan urusan keluarga. Beruntungnya kamu jika kamu memiliki pasangan seperti itu, Alhamdulillah kalo aku memiliki suami yang orangnya sama sekali tidak pernah melarangku untuk serig membantu keluargaku.
    Coba katakan pada pasangan secara terbuka bahwa mereka harus bisa menerima kondisi kamu yang harus menjadi tulang punggung keluarga atau masih sering direpotkan keluarga. Syukur kalo malah pasangan kamu juga ikut mendukung dan membantu kamu, tapi ingat jangan malah dimanfaatkan ya, tetap prinsip yang aku katakan tadi, bahwa tulang punggung keluarga adalah tugas bersama dan tanggung jawab masing-masing.
   
Then, kesiapan apa yang harus kamu miliki sebelum memutuskan menikah ?
    Menurut sebuah artikel dari eramuslim.com, konsultasi pernikahan menyebutkan bahwa harus ada beberapa kesiapan yang harus kalian miliki sebelum memutuskan menikah, antara lain :
  1. Kesiapan ilmu, hal ini diperlukan karena dalam berumah tangga diperlukan pemahaman mengenai hak dan kewajiban suami dan isteri.
  2. Kesiapan memenuhi tanggung jawab terutama dalam hal menafkahi keluarga lahir dan batin (dalam hal ini berbeda dengan kemapanan secara ekonomi),
  3. Kesiapan memiliki anak dalam hal mendidik dan membimbingnya
  4. Kesiapan mental karena dalam penikahan nanti pasti akan banyak menemui permasalahan dan konflik dalam keluarga yang menuntut kalian harus berpikir secara dewasa sebagai kepala keluarga.
  5. Kesiapan ruhiyah, karena bila seseorang memiliki kesiapan ruhiyah maka sikapnya akan tetap terkendali oleh ketakwaannya kepada Allah, artinya hatinya sangat peka dan mudah menerima kebenaran, mudah menerima nasihat, teguran dan pemberitahuan mengenai tuntunan agama dalam berumah tangga
Keinginan kuat kalian untuk menikah harus diiringi oleh kesiapan-kesiapan tersebut di atas. Apabila semua kesiapan-kesiapan itu sudah kalian miliki, tidak ada salahnya mencoba untuk membicarakan keinginan kalian pada orangtua. Dengan menikah bukan berarti kalian tidak dapat membantu ekonomi keluarga, kan? Yang penting calon pasangan kamu dapat memahami komitmen kalian yang ingin tetap membahagiakan orangtua dan membantu adik-adik.

No comments:

Post a Comment